Contoh cerpen yang menarik dan inspiratif bagi pembaca

Lelaki Tua dan Sumbangan
Lelaki Tua dan Sumbangan Oleh n_muf

Pada suatu hari, ketika Nurul berdiam di rumah. Dia tidak berangkat ke sekolah karena sekolahnya diliburkan selama seminggu untuk memberi peluang kepada kakak kelasnya melaksanakan ujian akhir sekolah.
Sewaktu pagi yang cerah, ketika liburan telah menginjak hari ke tiga. Dia hanya tinggal di rumah bersama ibunya yang sedang mandi. Adik laki-lakinya pergi ke sekolah dan ayahnya pergi bekerja. Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu depan rumahnya. Nurul segera keluar dari kamarnya untuk membuka pintu.
''Selamat pagi," terdengar suara seorang lelaki paruh baya memberi salam.
"Selamat pagi."
"Ini untuk anda," tiba-tiba lelaki tua itu memberinya sebuah amplop.
"Amplop apa ini tuan?" Tanya Nurul dengan perasaan bingung, dia tidak mengerti apa yang dimaksud lelaki tua itu.
"Ini amplop sumbangan. Dimana ibumu? Aku ingin meminta sumbangan darinya untuk pembangunan sebuah sekolah."
"Ma’af, ibuku sedang mandi, tuan."
"Apakah ibumu sudah lama mandinya? Tolong panggilkan dia segera, ini sangat penting."
"Tidak bisa tuan, ibuku baru saja memasuki kamar mandi, saya tidak bisa memanggilnya sekarang, dia pasti akan marah."
"Tolong dicoba dulu, ini sangat penting. Tolong, panggilkan ibumu dengan segera."
Nurul terpaksa menemui ibunya yang sedang berada di kamar mandi. Dia bertanya kepada ibunya dari depan pintu kamar mandi.
"Ibu, ada tamu yang meminta sumbangan."
"Mintalah dia untuk menunggu sampai ibu selesai mandi."
"Tapi, dia memaksa untuk menemui ibu sekarang, ibu."
"Saya masih lama untuk menyelesaikan mandi."
Nurul kembali ke ruang tamu karena penolakan dari ibunya untuk menemui sang tamu tersebut. Dia mengatakan kepadanya bahwa ibunya belum bisa menemuinya.
"Ma'af tuan, ibuku tidak bisa menyelesaikan mandinya sekarang."
"Kalau begitu, tolong panggilkan ayahmu."
"Ma’af tuan, ayahku sedang bekerja."
Karena ayah dan ibunya tidak dapat menemuinya pada saat itu juga, maka dia meminta Nurul untuk memanggil ibunya sekali lagi. Tetapi, dia menolak karena ibunya tidak dapat di ganggu saat mandi. Dia memaksa Nurul dan sekali lagi dia mendapatkan penolakan darinya. Dia tidak bisa menunggu menunggu lebih lama lagi. Oleh karena itu, dia meminta Nurul yang memberinya sumbangan.
"Ok, kalau begitu saya meminta sumbangan dari kamu saja," kata lelaki tua itu dengan nada tidak sabar.
"Saya tidak memiliki uang."
"Sedikit tidak apa apa, seribu atau dua ribu."
"Ma'af, saya tidak memiliki uang sepeserpun."
"Cepatlah, beri aku sumbangan," katanya dengan kasar.
"Saya sudah bilang, tuan. Saya tidak memiliki uang tuan."
Lelaki tua itu terus saja memaksa dan memaksanya. Nurul merasa kesal dan jengkel. Ia memintanya menunggu sampai ibunya selesai mandi.
"Kalau anda benar-benar menginginkan sumbangan, tolong tunggulah ibuku sampai dia selesai mandi."
Nurul melangkah untuk meninggalkan lelaki tua itu. Dia menuju ke kamarnya dengan perasaan kesal. Dia sudah tidak mempedulikan lelaki tua itu lagi. Beberapa menit kemudian, lelaki tua itu memanggil Nurul karena sudah tidak sabar menunggu.
"Nona, nona..."
"Ya, ada apa lagi tuan?" tanya nurul sambil melangkah menemui lelaki tua itu.
"Kembalikan amplop saya tadi, " ucap lelaki tua itu dengan nada marah.
Lelaki tua itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kemudian, Nurul mengembalikan amplop itu kepadanya. Dia meninggalkan rumahnya tanpa memberi salam. Nurul hanya melihat ke arahnya yang melangkah pergi keluar melalui pintu rumahnya. Tiba-tiba dia mencium bau busuk di sekitar pintu. Ternyata, lelaki tua itu meninggalkan rumah nurul sambil kentut. Nurul bingung harus tertawa atau merasa kesal dengan perilaku lelaki tua kasar yang meminta sumbangan kerumahnya tadi. Dengan perasaan heran, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk menceritakan kejadian itu kepada ibunya.
“Tamu tadi memaksa untuk meminta sumbangan kepadaku, ibu. Tapi, aku tidak memiliki uang sama sekali.”
“Memangnya kamu mengenalinya, sayang?” Tanya ibunya dari dalam kamar mandi.
“Tidak ibu, saya sama sekali tidak mengenalinya.”
“Kamu memberinya uang?”
“Tidak ibu, saya sudah bilang tidak punya uang, ibu. Tidak punya uang sepeserpun. Baru tadi saya bilang, ibu sudah lupa.”
“Hehehe, oh iya. Ma’af ibu lupa. Lain kali kamu harus berhati-hati. Bisa saja orang tadi menipu. Bukannya ibu mau menuduh dia yang bukan-bukan. Tetapi, biasanya kita mengenali siapa saja yang meminta sumbangan ke rumah kita. Apalagi itu sumbangan untuk sekolah. Zaman sekarang banyak yang mencari rezeki dengan cara licik seperti itu.”
“Iya ibu.”
Nurul terangguk-angguk mendengarkan nasehat dari ibunya. Kemudian, ia meminta diri untuk berlalu meninggalkan ibunya yang berkonsentrasi dengan mandinya. Ia merasa ingin berjalan-jalan menikmati hari libur singkatnya. Ia merasa bosan berada di dalam rumah terus-terusan. Setelah berpakaian rapi, ia meminta izin dari ibunya untuk pergi bersepeda.
“Ibu, aku bersepeda dulu ya. Bolehkan, ibu?”
“Iya, hati-hati ya sayang. Jaga dirimu baik-baik."
Nurul melangkah keluar dari rumah setelah mendapatkan izin dari ibunya. Ia menikmati perjalanannya dengan bersepeda santai. Ketika ia telah merasa lelah, ia turun dari sepedanya. Pada saat itu juga, dia melihat seorang lelaki yang keluar dari sebuah rumah sambil memegang beberapa lembar uang di tangannya. Senyumannya mengembang karena bahagia. Dengan segera, dia berlalu pergi dari situ.
“Bapak itu….,” kata Nurul mencoba mengingat-ingat siapa lelaki tadi.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia mengikutinya dari belakang. Alangkah terkejutnya dia, ketika melihat wajah siapa yang dilihatnya waktu itu. dia mencoba mengerjap-ngerjapkan kedua matanya tanda tidak percaya. Dia melihat lelaki tua yang baru saja telah mengunjungi rumahnya tadi pagi untuk meminta sumbangan. Lelaki tua itu memasuki sebuah warung makan bersama teman-temannya dengan tertawa besar.
“Ya, ternyata benar kata ibu, aku harus ber hati-hati.”
Akhirnya, Nurul pulang ke rumahnya. Ia akan selalu mengingat pengalaman dan tak lupa mengambil pelajaran dari pengalaman yang telah dialaminya.
SELESAI

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh cerpen yang menarik dan inspiratif bagi pembaca"