Makalah Hadist Tentang Kepedulian Sosial




KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
           
Puji syukur,  Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan. Sehingga dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita  Nabi agung Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di Yaumul Kiamah nanti.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul : “ Kepedulian Sosial”.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini, masih jauh dari bentuk kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari bapak maupun ibu dan juga para pembaca sekalian, adapun kritik dan sarannya, semoga menjadi motivasi bagi kami.
Dengan hasil yang tak seberapa ini, semoga menjadi segudang manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang luas bagi kami dan pembaca. Selain itu, semoga makalah ini dapat diterima dan menjadi amal ibadah yang ditempatkan di sisi Allah SWT. Amin.

Hormat kami :
1.      A’izatul Aliyah
2.      Apriliya Nur Aini
3.      Kholifatun Nikmah
4.      Nurul Mufidah
5.      Sofiyatun Mardiyah
6.      Zidna Hikmatal Maula




BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Manusia memang sejatinya tidak akan bisa lepas dari kehidupan sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran, tolong-menolong dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Dalam hidup bermasyarakat perlu adanya kepedulian antara manusia satu dengan manusia lainnya. Rasulullah pun mengajak umatnya untuk peduli kepada sesama makhluk Allah, dan saling bergotong-royong untuk saling membantu. Dan meringankan penderitaan orang lain sangat dianjurkan untuk umat Rasulullah.
Banyak yang belum mengetahui pentingnya memahami isi kandungan hadist tentang kepedulian social ini, yang pada hakikatnya pandangan Islam yang demikian sudah benar, tetapi kenyataannya sekarang masih banyak orang yang kurang peduli terhadap permasalahan sosial ini sehingga tatanan sosial menjadi kurang seimbang yang mengakibatnkan banyak terjadi kekacauan seperti pencurian, perampokan, dan lain-lain. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai kepedulian sosial dalam perspektif hadits Rasulullah SAW.
B.      TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sekolah mata pelajaran Al-Qur’an Hadist yang telah diberikan oleh guru pengampunya. Juga supaya kita dapat mengetahui pentinganya kepedulian sosial di kehidupan bermasyarakat. Dengan makalah kami berjudul “Kepedulian Sosial” ini, semoga kita bisa mengambil inti dan manfaatnya dari materi yang tertera di dalamnya, amin.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hadis tentang melapangkan orang lain
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ  (رواه مسلم)
1.      Terjemah Hadis
“Dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang melapangkan salah satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka  Allah melapangkan darinya salah satu kesusahan Hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan atas orang kesulitan, maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selagi hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di slah satu rumah Allah,, untuk membaca Kitabullah dan mempelajaarinya di antara mereka, melainkan ketentraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat meliputi mereka, dan Allah menyanjung mereka ditengah para Malaikat yang berada disisiNya. Barangsiapa yang amalnya kurang, maka nasabnya tidak mengantarkannya (kepada derajat yang shahih)” (HR. Muslim)
2.     Tinjauan Bahasa atau Mufrodat :
Ø  Melepaskan                                      نفس
Ø  Kesusahan                                         كربة
Ø  Kelonggaran                                     :يسر
Ø  Orang yang ditimpa musibah           :معسر
Ø  Menutupi                                          :ستر
Ø  Menolong orang mu’min                  :كُرْبَة
Ø  Menyokong maksudnya                   : يَسَّرَ
Ø  Menutupi cela atau                           :سَتَرَ
Ø  Menolong                                         : عَوْنِ
3.      ROWI
Abu Hurairah Lahir pada tahun 21 sebelum hijriah. Pada masa jahiliyah, sebelum ia masuk islam, namanya Abu Syamsi. Ia masuk islam pada tahun ke-7 hijriyah, ketika perang khaibar sedang berkecamuk. Abu hurairah langsung terjun keperang tersebut. Setelah ia masuk islam Nabi SAW memberinya nama Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausy. Abu Hurairah sangat menyayangi kucing. Maka beliau diberi nama Abu Hurairah, yang artinya orang yang menyayangi kucing. Ibunya adalah Maimunah, yang sempat masuk islam sebelum wafat.
Imam syafi’i pernah berkata “Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak menghafal hadis bila dibanding perawi-perawi di masanya”. Abu Hurairah adalah seorang ahli ibadah, begitu istri dan anaknya.
Pada masa khalifah Umar bin Khatab beliau pernah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Dan beliau wafat pada tahun ke-59 hijriyah dalaam usia 78 tahun.
4.      PENJELASAN HADIST
Hadist diatas ini mengajarkan kepada kita untuk peduli sesama muslim yang diikatakan oleh Rasulullah yang nantinya hal tersebut akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang sama dalam akhirat. Antara lain :
a.    Memberi Lebih Baik Daripada Meminta
1)      Teks dan Terjemah Hadits
حَدِيْثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَذَكَرَ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ وَالْمَسْئَلَةَ: اَلْيَدُ الْعُلْيَى خَيْرٌ مِّنَ الْيَدِ السُّفْلَى، فَالْيَدُ الْعُلْيَى هِيَ الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ (أخرجه البخارى فى : 24 كتاب الزكاة: 18 – لاصدقة إلاّ عن ظهر غنى - )
-       Artinya :
Ibnu Umar ra. Berkata, “Ketika Nabi saw. Berkhotbah di atas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, beliau bersabda, ”Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah menerima.”
-          Mufrodat
ü  Mimbar                   المنبر
ü  Menjaga diri           التعفف
ü  Meminta-minta       المسألة
ü  Tangan                    اليد
ü  Di atas                    العليا
ü  Di bawah                السفلى
ü  Memberi nafkah     المنفقة
ü  Yang meminta        السائلة
2)        Penjelasan Hadist
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan sehat. Tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya,  dengan cara meminta-minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat Islam yang mulia dan memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :
... وِللهِ الْعِزَّةِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ ..... (المنافقون:8)
Artinya :
”Kekuatan itu bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bgai orang-orang yang beriman” (QS. Al-Munafiqun: 8)
Dengan demikian, seorang peminta-peminta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan tangannya, selain telah merendahkan dirinya, ia pun secara tidak langsung telah merendahkan ajaran agamanya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan sebaga kufur nikmat karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha mencari rezeki sebagaimana diperintahkan syara’. Padahal Allah pasti memberikan rezeki kepada setiap makhluk-Nya yang berusaha.
b.      Larangan Hidup Individualistis
1)        Teks dan Terjemah Hadits
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ. (رواه البخارى ومسلم وأحمد والنسائى)
-          Artinya :
Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
3)        Penjelasan Hadist
Sikap individualistis adalah sikap mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut agama, sebagaimana di sampaikan dalam hadits di atas adalah termasuk golongan orang-orang yang tidak (smpurna) keimanannyanya.
Seorang mukmin yang ingin mendapat ridla Allah swt. Harus berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas.
Namun demikian, hadits di atas tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri berarti tidak beriman. Maksud pernyataan لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ pada hadits di atas, “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, haraf nafi لاَ pada hadits tersebut berhubungan dengan ketidaksempurnaan.
c.       Membuang Duri Di Jalan
1)     Teks dan Terjemah Hadits
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :كُلُّ سُلامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ الاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ قَالَ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الاذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ  (أخرجه مسلم في كتاب الزكاة)
-          Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Setiap ruas tulang pada badan manusia wajib atasnya untuk  sedekah  pada setiap hari matahari terbit, kamu melakukan keadilan diantara dua orang yang berselisih faham adalah sedekah, kamu membantu orang yang menaiki kendaraan atau kamu mengangkat barang-barang untuknya kedalam kenderaan adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkah kamu berjalan untuk menunaikan solat adalah sedekah dan kamu membuang perkara-perkara yang menyakiti di jalan adalah sedekah.”
2)        Penjelasan Hadist
Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka.
Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam Islam, sekecil apapun perbuatan baik akan mendapat balasan dan memiliki kedudukan sebagai salah satu pendukung akan kesempurnaan keimanan seseorang.
B.    Meringankan Penderitaan Dan Beban Orang Lain

C.  عن عبد ابن عمر رضى الله عنهما قال : قال رسول الله ص.م.: المسلم اخوالمسلم لا يظلمه ولايسلمه ومن كان فى حاجة اخيه كان الله فى حاجته ومن فرج عن مسلم كربة من كرب يوم القيامة ومن ستر مسلم ستره الله  يوم القيامة. { رواه البخارى ومسلم و أبوداودوالنسائ والترمزى. وقال: حسن صحيح }

1.   Terjemah Hadis
 Abdullah ibn Umar r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim adalah saudaranya muslim (yang lain), dia tidak menganiaya dan menyerahkan saudaranya. Barang siapa memenuhi saudaranya, Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah menutup aibnya di dunia maupun di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong saudaranya.” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Tirmidzi. Menurut Tirmidzi: hadist di atas adalah hasan sahih)
2.   Tinjauan Bahasa atau Mufrodat :
Ø Saudara                       : اخ atau اخو
Ø Kebutuhan                  : حاجة
Ø Melepaskan                 : فرج
3.   PENJELASAN HADIST
a.       Menutupi aib seorang mukmin
Orang mukmin pun harus berusaha menutupi aib saudaranya.Ia harus berusaha menjaga rahasia saudaranya. Apalagi jika ia tahu bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aib atau rahasianya diketahui oleh orang lain. Namun demikian, jika aib tersebut berhubungan dengan kejahatan yang telah dilakukannya, ia tidak boleh menutupinya. Jika hal itu dilakukan, berarti ia telah menolong orang lain dalam kejahatan sehingga orang tersebut terhindar dari hukuman. Perbuatan seperti itu sangat dicela dan tidak dibenarkan dalam islam. Sebagaimana firman Allah:
a.       .... ولاتعاونوا على الاثم والعدوان .... { الما ئدة : 2 }
-       Artinya:
“….. janganlah kamu saling menolong dalam dosa dan permusuhan….” (Q.S. Al-Maidah: 2)
Dengan demikian, jika melihat seseorang akan melakukan kejahatan atau dosa, setiap mukmin harus berusaha untuk mencegahnya dan menasehatinya. Jika orang tersebut sudah terlanjur melakukan perbuatan dosa, suruhlah untuk bertobat karena Allah SWT maha Pengampun dan Maha Penerima taubat.
BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
Dalam Islam, manusia tidak bisa hidup seorang diri karena manusia mempunyai sifat bersosialisasi di dalam masyarakat. Sesama muslim harus saling membantu dan menolong dalam kesulitan agar selalu memperhatikan kesusahan-kesusahan saudara-saudaranya.
Manusia adalah  makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian atau makhluk yang saling ketergantungan dengan yang lain, selain memiliki hubungan dengan penciptanya, juga memiliki hubungan dengan sesama makhluk, sehingga dalam agama islam di ajarkan bagaimana cara untuk menjaga hubungan tersebut, kita dianjurkan untuk melapangkan orang lain, sayang memberi satu sama lainnya, meringankan penderitaan orang lain, serta membuang duri dari jalan selain mendapat pahala bersedekah, secara tidak langsung kita telah melindungi saudara kita dari mara bahaya.
2.     Saran
Dan setelah membaca tulisan ini semoga pembaca khususnya penulis sendiri dapat berhubungan lebih baik lagi sesama umat manusia, sehingga tidak terjadi kejadian yang merugikan orang lain, dan intinya kita sebagai mahluk sosial sudah seharus melakukan sosialisasi sebagaimana yang di uraiakan dalam pembahasan di atas. Amin.



Daftar Pustaka

Prof. Dr. H. Syafe’I, Rachmat M.A (2000). Al-Hadist.Bandung; Pustaka Setia.
KH. Mahali, Ahmad Mudjab (2004).Hadist-hadist Muttafaq ‘alaih.Jakarta; Prenada Media.
Hajar asqolani, Ahmad ibn.Bulughul Marom.
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid ibnu Majjah, 1992. Sunan Ibnu Majjah. Semarang: CV. Asy Syifa’.
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Al Heleli, Maghdi, Fait First, (Semarang : Pustaka Nuun, 2009).
Asmoro, Toto, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000).
Husna, Khotimatul, 40 Hadits Pedoman Membangun Toleransi, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006).
Ibnu Hajar AL Asqolani, Al Hafizd, Terjemah Bulughul Maram, Ter. Hamim Thohari Ibnu M. Dailimi, (Beirut : Dar al Kotob al Ilmiyah, 2002).


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Hadist Tentang Kepedulian Sosial"