Takut Corona atau Takut Allah


Sesuai anjuran pemerintah, ibadah di bulan ramadhan tahun ini, seperti sholat tarawih, dilaksanakan dirumah aja, hal itu dilakukan untuk mengurangi dampak dari covid-19 yang telah marak diseluruh Indonesia.
Tetapi sebagian kaum muslim tidak dapat menerima anjuran tersebut, karena dinilai tidak mensyiarkan agama Islam karena takut terhadap covid-19, yang mana status covid-19 adalah makhluk Allah. Jadi tidak mungkin ketakutan terhadap sesama makhluk melibihi takutnya orang muslim kepada Allah.
Tidak sedikit ada yang tidak menerima anjuran pemerintah, mereka masih melakukan ibadah secara berjamaah di Masjid maupun Mushola. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena telah mengakarnya kebiasaan ibadah tersebut, serta dikhawatirkan jika ibadah dirumah aja, apa mungkin mereka benar-benar melakukan ibadah.
Sebuah paradoks yang membingungkan, “takut corona atau takut Allah.”
Sebuah aktifitas yang sama tetapi jika dibangun dengan narasi logika yang berbeda maka akan menghasilkan, niat, pemikiran dan keilkhlasan yang berbdeda pula.
Pertama. Takut corona, jika logikanya dibangun jangan ibadah dimasjid, karena takutnya tertular corona, maka itu logika yang salah, karena jika dia takut terhadap corona, maka dia melupakan kebesaran Allah, dzat yang seharusnya kita takuti akan siksanya.
Kedua. Takut  Allah, jika logikanya dibangun tetap ibadah di Masjid dan jangan takut corona karena punya Allah yang maha kuasa, maka itu juga logika yang salah. Karena jika ada yang terkena wabah covid-19, siapa yang akan disalahkan dan siapa yang akan dirugikan, apa mau menyalahkan Allah, atau menyalahkan tempat Ibadah. Sebuah masjid yang pernah terkena wabah, pasti menjadi momok bagi masyarakat dikarenakan ada yang pernah terkena wabah disitu.
Yang paling dikhawatirkan adalah, jika ada seseorang yang takut atau benci terhadap tempat ibadah, karena itu merupakan kriminal. Jadi jangan sampai ada yang mengalami itu.
Ketiga. Logika yang benar, ibadah dirumah aja, supaya tidak tertular corona karena jika tertular corona masa ibadah akan berkurang dan jika tidak tertular maka seorang muslim bisa beribadah, lagi dan lagi.
Sesuai dengan qoidah al-fiqhiyah di kitab Mabadi Awwaliyah Karya Abdul Hamid Hakim:
"دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ"
“Mencegah keburukan lebih didahulukan, daripada melakukan kebaikan”
Katakanlah keburukan itu “corona” dan kebaikan itu “sholat tarawih”, maka demi mencegah tertularnya corona, beribadahlah dirumah aja.
Saya rasa semua diatas berguna bagi daerah-daerah zona merah, untuk yang tidak zona merah, baiknya selalu waspada demi tetap bisa beribadah kepada Allah dan demi keluarga.
#stayathome #dirumahaja #ramadhan #ramadhankareem

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Takut Corona atau Takut Allah"