Masa Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab
Sejarah
Masa Khalifah Umar Bin Khattab
SEJARAH
ISLAM MASA
AMIRUL
MUKMININ UMAR BIN KHATTAB
1.
Umar sebelum menjadi Khalifah.
Sebelum Masuk
Islam:
Menurut Imam
al-Dzahabi, Umar bin Khattab lahir pada tahun ke-13 setelah Tahun Gajah.
Anak dari
Khattab (Banu Adi) seorang yang pemberani, cerdas, & sangat dihormati
Quraisy dan Ibunya,
Hantamah bint Hisyam ibn al-Mughirah; jadi, adiknya Abu Jahl, dan Umar termasuk
misanan Khalid ibn al-Walid dari pihak ibu, yang berasal dai Banu Makhzum.
Perekonomiannya
menengah-bawah, sejak kecil dia harus membantu ayahnya untuk menggembalakan
unta atau kambing, dan mengangkat kayu bakar, dan biasanya menggunakan pakaian
yang sangat pendek terbuat dari bahan yang sangat kasar.
Sejak kecil dia
dididik dengan baca tulis, puisi, berkuda, teknik pedang, dan tidak lupa dia
juga disuruh untuk menggembala kambing.
Ayahnya
mendidiknya dengan keras (tidak ada kompromi untuk suatu kesalahan).
Hobinya adalah
bergulat, minum khamr, bersama wanita2 (terutama saat bulan Haram) dan
menunggang kuda.
Dia sebenarnya
pedagang, tapi tidak bisa kaya sebab kurang bisa bergaul dengan baik, dan
setiap ke Syam dia lebih suka berdiskusi menambah pengetahuan dari pada
menfokusi perdagangannya.
Dia adalah
orang yang sangat membenci Islam sebab Islam telah memecah bangsanya
bentuknya dengan menganiaya budak islam, ingin membunuh Muhammad.
Masuk Islam
& Perjuangan pada masa Nabi:
Menurut Imam
al-Dzahabi dan masuk Islam pada usia 27 tahun.
Masuk islamnya
adalah saat dia mendengarkan kebenaran ayat-ayat Allah (QS. Thaha (20): 1 – 8)
dan QS. 69:42-47 à kesadaran
ilmiah.
Setelah masuk
islam dialah yang pemberani dan banyak jasa dalam islam:
~ Terang-terangan
masuk islam & Hijrah.
~ Mengikuti
perang-perang penting (Badr, Uhud, dll).
~ Berani berbeda
dengan Nabi, bahkan sering kali pendapatnya menjadi sebab turunnya ayat c: ayat
tentang tawanan perang, ayat tentang Hijab, ayat tentang istri-istri Nabi, dll.
Perjuangan pada
masa Khalifah Abu Bakar:
Orang yang
pertama kali membaiat Abu Bakar (menyelamatkan umat islam dari perpecahan).
Menjadi Wazir/
wakil dari Abu Bakar, yang seringkali memberikan sumbangan saran/ pendapat
kepada Khalifah Abu Bakr dalam memecahkan masalah.
Bahkan sering
berbeda pendapat c: pengangkatan Usamah, perang melawan orang yang tidak mau
membayar zakat, sikap terhadap Khalid bin Walid, dll à tapi tetap obyektif & bisa mendudukkan dengan baik.
2. Proses
terpilihnya Umar bin Khattab menjadi Khalifah.
Pada saat sakit, Abu Bakr sadar
bahwa potensi hidupnya tidak lama lagi, dab dia harus segera memilih pemimpin
penggantinya, karena dia tidak ingin peristiwa Tsaqifah Banu Saidah terjadi
lagi.
Kemudian Abu Bakr yang sudah
mengantongi calonnya yakni Umar bin Khattab, mengajak diskusi beberapa sahabat
penting saat itu.
Abdurrahman ibn
‘Awf
: “Dialah yang
mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras.”
Utsman ibn Affan
: “Isi hatinya lebih
baik daripada lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di kalangan kita.”.
Thalhah ibn
Ubaidillah
: “Sudah Anda lihat
bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda ada di sampingnya. Bagaimana pula
kalau sudah Anda tinggalkan?”
Juga dengan Sa’id ibn Zaid ibn Amr,
Usaid ibn Hudzair, dan beberapa pemuka Muhajirun dan Anshar.
Keluhan Abu
Bakar: “Saya
menyerahkan persoalan ini kepada orang yang terbaik dalam hatiku. Tetapi,
kalian merasa kesal, karenanya menginginkan yang lain… Ya Allah, yang
kuinginkan untuk mereka hanyalah yang terbaik untuk mereka. Aku khawatir mereka
dilanda kekacauan.”
Sejumlah orang mendukung pilihannya.
Tampaknya, para Sahabat pun belum
dapat sama sekali menanggalkan persepsi mereka masing-masing terhadap Umar bin
Khattab, yang pada intinya mereka agak keberatan dengan sikap umar yang terlalu
keras.
Akhir cerita: Abu Bakar berwasiat
agar Umar bin Khattab menjadi penggantinya.
Reaksi muncul, tetapi agaknya Anshar
ada di belakang Umar, Quraisy lain mungkin “tak berani” mengajukan klaim-klaim
hak mereka.
3.
Pidato politik Umar bin Khattab dan pembaiatan umat islam kepadanya.
Umar menangkap adanya keberatan dari
sahabat Nabi terhadap sikapnya yang keras, oleh karena itu, dalam pidato
politiknya Umar berusaha meyakinkan kepada umat islam akan kepemimpinannya, dan
ternyata dengan komunikasi yang baik, Umar berhasil meyakinkan umat islam saat
itu yang kemudian mendukungnya.
PIDATO
AWAL AMIRUL MUKMININ
"Saya
mendapat kesan, orang merasa takut karena sikap saya yang
keras.
Kata mereka Umar bersikap demikian keras kepada kami, sementara
Rasulullah
masih berada di tengah-tengah kita, juga bersikap
keras
demikian sewaktu Abu Bakr menggantikannya. Apalagi sekarang,
kalau
kekuasaan sudah di tangannya. Benarlah orang yang berkata
begitu.
"...
Ketika itu saya bersama Rasulullah, ketika itu saya budak dan
pelayannya.
Tak ada orang yang mampu bersikap seperti Rasulullah,
begitu
ramah, seperti difirmankan Allah: Sekarang sudah datang
kepadamu
seorang rasul dari golonganmu sendiri: terasa pedih hatinya
bahwa
kamu dalam penderitaan, sangat prihatin ia terhadap kamu,
penuh
kasih sayang kepada orang-orang beriman. (Qur'an, 9:128) Di
hadapannya
ketika itu saya adalah pedang terhunus, sebelum disarungkan
atau
kalau dibiarkan saya akan terus maju. Saya masih bersama
Rasulullah
sampai ia berpulang ke rahmatullah dengan hati lega terhadap
saya.
Alhamdulillah, saya pun merasa bahagia dengan Rasulullah.
"Setelah
itu datang Abu Bakr memimpin Muslimin. Juga sudah
tidak
asing lagi bagi Saudara-saudara, sikapnya yang tenang, dermawan
dan
lemah lembut. Ketika itu juga saya pelayan dan pembantunya. Saya
gabungkan
sikap keras saya dengan kelembutannya. Juga saya adalah
pedang
terhunus, sebelum disarungkan atau kalau dibiarkan saya akan terus
maju.
Saya masih bersama dia sampai ia berpulang ke rahmatullah dengan
hati
lega terhadap saya. Alhamdulillah, saya pun merasa bahagia
dengan
Abu Bakr.
"Kemudian
sayalah, saya yang akan mengurus kalian. Ketahuilah
Saudara-saudara,
bahwa sikap keras itu sekarang sudah mencair. Sikap
itu
hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum
Muslimin.
Tetapi buat orang yang jujur, orang yang berpegang teguh
pada
agama dan berlaku adil saya lebih lembut dari mereka semua.
Saya
tidak akan membiarkan orang berbuat zalim kepada orang lain
atau
melanggar hak orang lain. Pipi orang itu akan saya letakkan di
tanah
dan pipinya yang sebelah lagi akan saya injak dengan kakiku
sampai
ia mau kembali kepada kebenaran. Sebaliknya, sikap saya yang
keras,
bagi orang yang bersih dan mau hidup sederhana, pipi saya ini
akan
saya letakkan di tanah.
"Dalam
beberapa hal, Saudara-saudara berhak menegur saya.
Bawalah
saya ke sana; yang perlu Saudara-saudara perhatikan, ialah:
"Saudara-saudara
berhak menegur saya agar tidak memungut pajak
atas
kalian atau apa pun yang diberikan Allah kepada Saudara-saudara,
kecuali
demi Allah; Saudara-saudara berhak menegur saya, jika ada
sesuatu
yang di tangan saya agar tidak keluar yang tak pada tempatnya;
Saudara-saudara
berhak menuntut saya agar saya menambah penerimaan
atau
penghasilan Saudara-saudara, insya Allah, dan menutup segala
kekurangan;
Saudara-saudara berhak menuntut saya agar Saudarasaudara
tidak
terjebak ke dalam bencana, dan pasukan kita tidak terperangkap ke tangan musuh;
kalau Saudara-saudara berada jauh dalam
suatu
ekspedisi, sayalah yang akan menanggung keluarga yang menjadi
tanggungan
Saudara-saudara.
"Bertakwalah
kepada Allah, bantulah saya mengenai tugas Saudara-saudara,
dan
bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar ma 'ruf
nahi
munkar, dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat Saudara-saudara
sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya
demi
kepentingan Saudara-saudara sekalian. Demikianlah apa yang
sudah
saya sampaikan, semoga Allah mengampuni kita semua."
4.
Gambaran umum ekspansi islam di era Umar bin Khattab[1]:
634 M:
Kekuatan Bizantium dikalahkan di
Syiria Selatan.
635 M:
Damaskus direbut, dan disusul oleh
beberapa kota Syiria yang lainnya.
636 M:
Perang Yarmuk, dekat sungai Yordan,
menghancurkan sebuah pasukan militer Bizantium yang kuat yang dipimpin oleh
saudara Kaisar, yang terbunuh; setelah itu Syiria terbuka; Damaskus direbut
kembali.
637 M:
Perang Qâdisiyyah, dekat Hirah,
menghancurkan tentara Sâsâni yang kuat yang dikomando oleh jenderal utama
Rustam yang terbunuh; Irak sebelah barat Tigris terbuka; ibukota Sâsâni,
Ctesiphon (Mada’in), Yerusalem direbut; Bashrah dan Kufah didirikan sebagai
kota-kota garnisun.
640 M:
Caesarea (pelabuhan dekat Palestina)
akhirnya direbut, tidak ada kekuatan Bizantium apapun yang tersisa di Syria,
Mesir diserbu (berakhir tahun 639) Khûzistân direbut.
641 M:
Mosul direbut; tidak ada kekuasaan
Sâsâni apapun yang tersisa di sebelah barat pegunungan Zagrosi; perang Nihavand
di Zagros membuka (menaklukkan) daerah tersebut dengan menghancurkan tentara
Sâsâni yang tersisa; Babilon di Mesir (Fusthâth/Kairo lama) direbut.
642 M:
Iskandariah direbut; Barqah
(Tripolitania) disergap (642-643); penyergapan-penyergapan ke arah pantai
Makran, Iran tenggara.
5.
Kebijakan-kebijakan politik dan pengaturan pemerintahan Umar bin Khattab.
Mengatur seluruh strategi perluasan
islam bahkan pada beberapa hal sampai dengan strategi teknis.
Menegakkan keadilan tanpa pandang
bulu, menindak orang-orang yang dholim dengann tegas (dicopot jabatannya, dll).
Membentuk Hakim (Qadhi) di kota
besar (Madinah, Syam, Mesir, dan Persia).
Membentuk lembaga keuangan dan
melakukan sensus penduduk.
Mengendalikan seluruh sistem
pemerintahan dengan ketat (supervise/ pengendalian ketat).
Menekankan keimanan, tanggung jawab
sosial diatas pribadi hidup sederhana, keteladanan kepada seluruh
wakil-wakilnya didaerah.
Umar melarang memberi zakat pada
muallaf.
Dimulai penanggalan Hijriyah
berdasarkan Hijrahnya Umat Islam, sebagai upaya penguatan identitas muslim.
·
Talak tiga sekali ucapanSelama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia
(yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah
ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran
besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi
di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan
Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah
(th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam
yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh
jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi
secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk
membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam.
Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum
Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu
Lulu'ah (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat
Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan
Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz)
terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu
merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25
Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin
Affan.
Sebelum matahari terbit hari Rabu
itu tanggal empat Zulhijah tahun ke-23 Hijri Umar keluar dari rumahnya hendak
mengimami salat subuh. Ia menunjuk beberapa orang di Masjid agar mengatur saf
sebelum salat. Kalau barisan mereka sudah rata dan teratur, ia datang dan
melihat saf pertama. Kalau ada orang yang berdiri lebih maju atau mundur,
diaturnya dengan tongkatnya. Kalau semua sudah teratur di tempat masing-masing,
mulai ia bertakbir untuk salat. Saat itu dan hari itu tanda-tanda fajar sudah
mulai tampak. Baru saja ia mulai niat salat hendak bertakbir tiba-tiba muncul
seorang laki-laki di depannya berhadap-hadapan dan menikamnya dengan khanjar
tiga atau enam kali, yang sekali mengenai bawah pusar. Umar merasakan panasnya
senjata itu dalam dirinya, ia menoleh kepada jemaah yang lain dan membentangkan
tangannya seraya berkata: ”Kejarlah orang itu; dia telah membunuhku!” Dan orang
itu adalah Abu Lu’lu’ah Fairuz, budak al-Mugirah. Dia orang Persia yang
tertawan di Nahawand, yang kemudian menjadi milik al-Mugirah bin Syu’bah.
Kedatangannya ke Masjid itu sengaja hendak membunuh Umar di pagi buta itu. Ia
bersembunyi di bawah pakaiannya dengan menggenggam bagian tengahnya khanjar
bermata dua yang tajam. Ia bersembunyi di salah satu sudut Masjid. Begitu salat
dimulai ia langsung bertindak. Sesudah itu ia menyeruak lari hendak menyelamatkan
diri. Orang gempar dan kacau, gelisah mendengar itu. Orang banyak datang hendak
menangkap dan menghajar orang itu. Tetapi Fairuz tidak memberi kesempatan
menangkapnya. Malah ia menikam ke kanan kiri hingga ada dua belas orang yang
kena tikam, enam orang meninggal kata satu sumber dan menurut sumber yang lain
sembilan orang. Dalam pada itu datang seorang dari belakang dan menyelubungkan
bajunya kepada orang itu sambil menghempaskannya ke lantai. Yakin dirinya pasti
akan dibunuh, Fairuz bunuh diri dengan khanjar yang digunakan menikam Amirul
mukminin.
Tikaman yang mengenai bawah pusarnya
itu telah memutuskan lapisan kulit bagian dalam dan usus lambung yang dapat
mematikan. Konon Umar tak dapat berdiri karena rasa perihnya tikaman itu, dan
terhempas jatuh. Abdur-Rahman bin Auf segera maju menggantikannya mengimami
salat. Ia meneruskan salat itu dengan membaca dua surah terpendek dalam Quran:
al-Asr dan al-Kausar. Ada juga dikatakan bahwa orang jadi kacau-balau setelah
Umar tertikam dan beberapa orang lagi di sekitarnya. Mereka makin gelisah
setelah melihat Umar diusung ke rumahnya di dekat Masjid. Orang ramai tetap
kacau dan hiruk-pikuk sehingga ada yang berseru: Salat! Matahari sudah terbit!
Mereka mendorong Abdur-Rahman bin Auf dan dia maju salat dengan dua surah
terpendek tersebut.
Sumber kedua ini sudah tentu lebih
dapat diterima. Dalam suasana kacau begitu barisan orang untuk salat kembali
sudah tidak akan teratur lagi, sementara Amirulmukminin tergeletak bercucuran
darah di depan mereka, dan darah orang-orang yang juga terkena tikam
bergelimang di sekitar mereka, dan si pembunuh juga sedang sekarat di
tengah-tengah mereka! Andaikata – dengan penderitaan akibat beberapa kali
tikaman itu – kita dapat membayangkan Umar sedang berpikir untuk meminta
Abdur-Rahman bin Auf menggantikannya salat – suatu hal yang jauh dapat
dibayangkan akal – tidaklah kita dapat membayangkan saat itu orang dapat
mengatur barisan sementara mereka dalam suasana kegamangan dan ketakutan.
Tentunya ketika itu Umar sudah diusung ke rumahnya di dekat Masjid dalam
keadaan sadar atau pingsan karena dahsyatnya tikaman itu dan orang-orang
mengelilinginya ketika dibawa masuk kepada keluarganya. Orang-orang yang
terkena tikam dan dibawa keluar dari Masjid atau dipindahkan ke sekitarnya itu,
sudah diberi pertolongan. Mayat Fairuz juga dikeluarkan dan dibawa ke Butaiha.
Setelah itu orang kembali ke Masjid dan membicarakan kejadian itu sampai
kemudian ada orang yang mengingatkan mereka akan waktu salat. Ketika itulah
mereka meminta Abdur-Rahman bin Auf untuk mengimami salat.
Umar Menanyakan Siapa yang
Membunuhnya
Seiring terbitnya matahari pagi,
berita mengerikan tersebut tersebar ke seantero Madinah. Penduduk ingin
mengetahui lebih jelas mengenai kejadian yang sangat mengejutkan itu. Bahkan
pemuka pemuka dari masing masing kabilah segera berkumpul di halaman rumah umar
untuk mengetahui kondisi kesehatanya.
Abdullah ibn Abbas mengungkapkan
“Aku masih berada ditempat Umar dan dia belum sadarkan diri hingga mata hari
terbit. Setelah siuman, sambil berbaring ia bertanya: “Apakah orang orang sudah
shalat?”
“Sudah", jawab Abdullah ibn
Abbas.
Setelah itu ia memerintahkan Abdullah ibn Abbas untuk mencari tahu orang yang telah menusuknya. Aku segera belajar keluar dan menemui para pemuka kabilah.
“Saudara saudaraku,“ kata Abdullah
ibn Abbas, “Amirul mu’munin ingin mengetahui apakah peristiwa ini merupakan
konspirasi kalian?”
Para pemuka kabilah yang mendengar pertanyaan tersebut menjadi kecut, dan serentak berkata, “Semoga Allah melindungi kami, kami tidak tahu. Mana mungkin itu akan terjadi. Jika kami tahu, pasti kami bersedia menebusnya dengan nyawa kami atau anak anak kami."
“ Lalu siapa yang menikam
amirilmukminin?” Tanya Abdullah bin Abas lagi.
“Ia ditikam oleh musuh allah, Abu
Lu’luah budak Mughirah bin Syu’bah,” jawab mereka.
Abdullah bin Abbas kembali dalam rumah Khalifah Umar dan menyampaikan kabar orang yang telah menikamnya. “ Alhamdulillah, aku tidak dibunuh oleh seorang muslim, tidak mungkin orang arab akan membunuhku,” kata Umar.
Kemudian Umar R.A. menangis. Umar R.A. berkata "Demi Allah, jika aku dapat meninggalkan dunia ini tanpa ada perkara yang memberatkanku dan tak ada apa-apa untukku, maka aku akan bahagia."
Abdullah ibn Abbas R.A. berkata "Ya Amirul Mukminin, Rasulullah S.AW. meninggalkan dunia ini dan dia merasa bahagia denganmu, tidak ada dua orang Muslim yang berselisih berkenaan dengan kekhalifahanmu, setiap orang bahagia dengan kekhalifahanmu."
Umar R.A. berkata "Aku tahu itu, tapi kekhalifahan ini membuatku khawatir. Wahai Abdullah, dudukkan aku", kemudian mereka mendudukkannya. Kemudian Umar memegang bahu Abdullah dan berkata "Wahai Abdullah, maukah kau bersaksi untukku di hari kiamat?"
Abdullah berkata "Aku akan bersaksi untukmu di hari kiamat."
Umar R.A. berkata "Aku tahu itu, tapi kekhalifahan ini membuatku khawatir. Wahai Abdullah, dudukkan aku", kemudian mereka mendudukkannya. Kemudian Umar memegang bahu Abdullah dan berkata "Wahai Abdullah, maukah kau bersaksi untukku di hari kiamat?"
Abdullah berkata "Aku akan bersaksi untukmu di hari kiamat."
Kemudian Umar berbaring di pangkuan putranya, Abdullah ibn Umar. Dia berkata kepadanya "Tempatkan pipiku di lantai."
Abdullah ibn Umar R.A. berkata "Kenapa ayah?" sembari mengecup kening Umar, dan menempatkan pipinya di lantai.
Umar berkata "Jika aku ditakdirkan berada di surga, maka bantal surga lebih lembut daripada pahamu, dan jika aku ditakdirkan masuk neraka, maka kau tidak menginginkan seorang penghuni neraka di atas pahamu."
Selain itu, ia juga berpesan kepada
anaknya agar menjual benda benda yang dimilikinya untuk melunasi utang
utangnya. Sebab ia tidak ingin meninggalkan dunia dengan membawa kewajiban yang
belum diselesaikan.
Kemudian Umar R.A. memberitahu anggota keluarganya "Lembut-lembutlah dalam mengkafaniku karena jika Allah menakdirkanku surga, maka Allah akan memberikanku yang lebih baik daripada ini, dan jika Allah menakdirkan neraka untukku, maka Allah akan mencabutku dari semua ini. Berlembutlah dalam menggali kuburku, karena jika Allah menakdirkanku surga, maka dia akan meluaskan kuburku. Dan jika Allah menakdirkan neraka untukku, maka kubur itu akan menghimpitku."
Kemudian dia berkata kepada anaknya, yaitu Abdullah ibn Umar "Ya Abdullah, pergilah dan tanyakan kepada Aisyah R.A., apakah dia membolehkanku untuk dikubur disamping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar R.A.?"
Lalu pergilah Abdullah ibn Umar R.A., dia mengetuk pintunya dan masuk ke rumah Aisyah R.A. Ternyata Aisyah R.A. sedang menangis, dan dia memberikan salam padanya kemudian bertanya pada Aisyah "Umar meminta untuk dikuburkan di samping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar R.A., apakah kau mengizinkannya?"
Lalu pergilah Abdullah ibn Umar R.A., dia mengetuk pintunya dan masuk ke rumah Aisyah R.A. Ternyata Aisyah R.A. sedang menangis, dan dia memberikan salam padanya kemudian bertanya pada Aisyah "Umar meminta untuk dikuburkan di samping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar R.A., apakah kau mengizinkannya?"
Aisyah R.A. berkata "Aku sudah memesan tempat itu untuk diriku, karena Rasulullah adalah suamiku dan Abu Bakar adalah ayahku, tapi aku akan memberikannya kepada Umar."
Dan riwayatnya menyebutkan ketika Abdullah datang, Umar sedang berbaring dan dia berkata "Dudukkan aku." Kemudian mereka mendudukkannya, lalu Abdullah memasuki ruangan dan berkata "Wahai ayahku, keinginanmu dikabulkan."
Umar R.A. berkata "Aku tidak punya keinginan apapun melebihi itu. Ketika aku meninggal dan kau membawaku untuk dikuburkan, tanyakan kepada Aisyah R.A. lagi, mungkin karena statusku dia merasa keberatan untuk memberikanku tempat itu. Tanyakan dia lagi, dan jika dia setuju, maka kuburkan aku disana, kalau tidak, maka kuburkan aku di pemakaman umat Muslim."
Beberapa hari setelah peristiwa
penikanman, Umar bin Khatab menghembuskan nafas terakhirnya dan menyisakan duka
mendelam dikalangan umat islam. Seandainya lematian Umar bin khatab tidak
melalui proses yang sangat keji dan tragis, mungkin kesedihan tidak akan
beerlarut larut dan dendam tidak akan bersarang di dalam dada para keluarga.
Bagai manapun kondisi islam sepeninggalan Umar saat itu, dapat dikatakan bahwa islam telah mencapai kegemilangan dan ini tidak dapat dilepaskan dari peran uamar bin khatab. Inilah salah satu masterpiece Umar bin Khatabyang berhasil ditorehkan semasa hidupnya.
Dan Umar R.A. meninggal dan dikuburkan di samping Abu Bakar R.A. dan Rasulullah S.A.W.
Pembagian harta ghonimah yang tersentral & membentuk
departemen keuangan.
Melakukan sensus penduduk.
Penghapusan nikah mut’ah
Melarang mengumpulkan hadits, kemudian membiarkannya.
6.
Selain kebijakan-kebijakan yang progressif, umar juga mengendalikan islam saat
itu dengan pola kepemimpinan sosial yang baik, yakni:
Pola hidup Umar yang sederhana, dan sangat mengutamakan
kesejahteraan umatnya khususnya orang fakir miskin daripada keluarganya
sendiri.
Kasus saudara Umar yang minta bagian maal lebih banyak, yang
ditolak, karena lebih mendahulukan muslim yang mempunyai jasa terhada islam
terlebih dahulu, berdasarkan masuknya, dan kualitas jasanya.
Kasus anaknya Amr bin Ash yang menganiaya orang miskin yang
kemudian dihukum dengan keras.
Kasus seorang Yahudi yang mengadu ke Umar karena rumahnya
digusur oleh Amr di Mesir, yang kemudian Amr diperingatkan oleh Umar dengan
tulang yang digaris dengan pedangnya.
Kasus pembantu yang mencuri malah dibela, malah juragannya
yang dihukum sebab tidak melaksanakan haknya.
Kasus anaknya Umar bin Khattab yang minum Khamr kemudia
dihukum 2 kali lipat oleh umar langsung kemudian sakit & meninggal.
Saat perjalanan menuju ke Palestina gantian dengan
pembantunya serta sikap Umar melihat sambutan mewahnya Muawiyah
Kasus saat paceklik Umar hidup prihatin sama seperti
rakyatnya, dan senantiasa mengontrol keadaan umatnya, bahkan pada suatu malam
ada seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan anaknya karena tidak punya
makanan, ketika Umar tahu hal itu, maka dia langsung turun tangan
menyelesaikannya saat itu juga. Karena takut akan pertanggung jawaban nantinya
diakherat.
Sangat takut akan pertanggung jawaban sebagai pemimpin di
akherat, sehingga dia benar-benar totalitas untuk membantu umatnya.
7.
Terbunuhnya Umar bin Khattab.
Umar meninggal pada tahun 644 pada usia sekitar 52 (ada yang
mengatakan 54 dan 60) tahun, akibat luka-luka yang ditikamkan oleh Abu Lulu’ah,
budak dari Persia milik Mughirah ibn Syu’bah yang tidak puas atas keputusan
Umar menyangkut nasibnya.
Sebelum meninggal Umar bin Khattab mnemilih 6 orang dewan
Syuro’ untuk memilih penggantinya, dan mereka dilarang memilih anaknya Umar
sendiri Abdullah bin Umar (lihat proses pemilihan Utsman).
Kehidupan Pemimpin Harus Lebih “Susah” Dari
Rakyatnya
Dalam sejarah, Umar Bin Khattab adalah pemimpin
yang hidupnya sederhana. Amat sederhana malah untuk seorang Khalifah. Saat
tanah Arab menghadapi masa paceklik, Umar pernah memantangkan dirinya untuk
makan daging, minyak samin, dan susu. Sebab ia khawatir jika makanan yang ia
makan hanya akan mengurangi jatah makanan rakyatnya. Solusinya ia hanya
menyantap roti dengan celupan minyak zaitun hingga membuat perutnya panas.
Makanan yang ia makan bukannya membuat perut Khalifah menjadi kenyang melainkan
sebaliknya.
“Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap
menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.” Ungkap
Umar saat perutnya kosong.
Blusukan sejatinya harus diiringi dengan
kesederhanaan pemimpinnya. Jika pemimpin masih bisa merasakan kenikmatan di
tengah sulitnya kehidupan masyarakat maka blusukan menjadi tidak
bermakna. Seorang pemimpin yang baik pasti tau jika rakyatnya sedang senang
atau melarat. Demikian cara Umar dalam mendidik para pemimpin setelahnya. Hidup
sederhana dan peduli dengan rakyat yang dipimpinnya.
Blusukan sebenarnya cara baik jika
dilakukan dari niat yang baik. Lantas bagaimana cara membedakan antara blusukan
dengan pencitraan? Ya sederhananya dapat ditemukan dari cara yang dilakukan.
Jika hanya melulu berorientasi pada “drama” lalu tak jelas hasil dari blusukan
tersebut maka dipastikan itu semua hanya sebuah pencitraan. Tetapi jika blusukan
dibarengi dengan solusi kongkrit maka itu adalah sebuah kerja.
0 Response to "Masa Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab"
Posting Komentar