Agar Sukses Menuju Lillah, Maka Haji dan Kurbanlah!!!!!

N Muf ChannelHidup terus berjalan, tak sengaja bertemu yang namanya kehidupan. Kehidupan mengajarkan kita banyak hal, dari yang tak mungkin menjadi mungkin. Ya, seharusnya sekarang N Muf sedang di perantauan, mengadu nasib dan bercumbu dengan kehidupan. Merasai artinya rindu dan bersetubuh dengan tangis karena tak mampu berjua, mereka yang tersayang. Bapak, Mamak dan Adik-adikku, “Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H”. Semoga berkah menyertai meski #corona masih melanda di Negeri ini. Tulisan ini merupakan buah pena saya di pondok yang memperoleh juara dua lomba se-mahasiswi.

Bismillah, semoga kita dapat berkunjung ke Baitullah

Agar Sukses Menuju Lillah, Maka Haji dan Kurbanlah

Iman bukanlah angan-angan tetapi apa yang bersemayam dalam hati dan diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan.

HR. Ad-Dailani

Berbicara mengenai hakikat, di dalam diri manusia terdapat sifat dan unsur-unsur ketuhanan, karena dalam proses kejadiannya manusia telah ditiupkan Ruh dari Tuhan. Oleh karena itu, secara alamiah mausia mengenal adanya Tuhan di dalam hatinya, atau sering disebut mengimani. Karena pada dasarnya manusia diciptakan hanya untuk mengenal Tuhannya. Hal ini sesuai dengan rukun Iman dan rukun Islam sebagai dasar bagi seorang muslim yang patuh akan ajaran Islam yang telah di sampaikan oleh Rasulullah Saw. Allah SWT berfirman,

“…Sungguh, Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.” (QS. Al-Baqarah (2) :56).

Dalam hal ini, setelah manusia mengenal Tuhannya maka akan timbul rasa cinta yang tanpa daya dan pertolongan dari-Nya kita bukan apa-apa. Hanya sebuah buih tiada guna.

Dari rasa cinta itu, akan timbul gerakan hati untuk mewujudkan kecintaaannya kepada Tuhannya dengan amal perbuatan tidak lagi hanya sekedar berkeyakinan semata. Karena pada dasarnya, tanpa mengenal-Nya hati manusia akan mengalami kebosanan tanpa batas meskipun gemerlapan dan kemewahan dunia telah berada dalam genggaman.

Baca juga : Sulitnya Menjaga Kesucian Cinta di Tengah Masa Edannya Dunia

Mengutip dari sebuah buku berjudul ESQ (Emotional Spiritual Question) karya dari Ary Ginanjar Agustian, tentang pelaksanaan haji sebagai perealisasian sebagai wujud pendekatan spiritual, yang berbunyi,

“Haji adalah suatu transformasi prinsip dan langkah secara total (Thawaf), konsisten dan persistensi perjuangan (Sa’i), evaluasi dari prinsip dan langkah yang telah dibuat, dan visualisasi masa depan melalui prinsip berpikir dan arah melangkah yang fitrah (wukuf). Haji juga merupakan suatu pelatihan sinergi dalam skala tinggi, dan haji adalah persiapan fisik serta mental dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan (Lontar Jumrah).

Hal ini yang memberikan pengertian kepada setiap manusia bahwa segala sesuatu membutuhkan sebuah prinsip yang kuat dengan niat yang baik pula (Ihram) sebagai awal menuju langkah yang diridhoi-Nya sebagaimana bentuk pelatihan untuk mempertajam keimanan kepada-Nya (Thawaf), kemudian dengan langkah yang berprinsip itu, kita bisa menguatkan diri menghadapi perjuangan dan keteguhan hati untuk terus berusaha dan meraih kesuksesan yaitu menuju kepada-Nya, sebagaimana dalam kisah Siti Hajar bersama anaknya Isma’il (Sa’i) Sehingga dari pengalaman-pengalaman tersebut kita mampu belajar menghadapi hidup dan mampu mengadakan evaluasi dari mana yang baik dan buruk yang pantas dijadikan pelajaran ke depannya (Wukuf). Sehingga dengan prinsip yang kuat serta pengalaman yang cukup tersebut kita mampu menghadapi berbagai macam cobaan, baik dari musuh dalam (diri sendiri) maupun dari luar (Syetan atau orang lain).

Baca juga : Nikmat menjadi Seorang Pendosa

Demikian suatu kemenangan dari sebuah perjalanan untuk datang melihat dan membuktikan bahwa akhir dari semua ini hanyalah untuk memperleh ridho dari Sang Maha Pencipta.

Maka bagi manusia yang telah “mampu” ia telah berkewajiban melakukan ibadah haji. Sebagaimana sempurnanya rukun Islam sebagai bukti keislaman dan keimanan seseorang yang ada dalam dirinya.

“Ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu). Dan bahwa Allah, pada-Nya lah pahala yang besar.”

(QS. Al-Anfaal : 28)

Baca juga : Belajar Sukses Dengan Mengawali Disiplin Diri

Setelah segala harapan telah terapai, maka jangan lupa untuk berbagi sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah beri. Dalam Islam, terdapat dua bentuk cara membahagiakan fakir miskin yaitu dengan membayar fitrah di hari Fitri dan dengan kurban di hari Adha atau Haji. Hal tersebut merupakan bentuk tingkat kepasrahan atau berserah diri tertinggi dengan segala keikhlasan jiwa dan raga kepada Allah SWT bahwa tiada Tuhan selain Allah. dengan ini kita mengosongkan diri dan hanya tertuju kepada-Nya. Sehingga tanpa kita sadari kita telah terbebas dari belenggu-belenggu yang telah membuat kita lupa akan prinsip tunggal yaitu Allah Maha Esa. Laa Ilaaha Illallah.

Dalamnya ada bukti-bukti yang terang, (misalnya) maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya, ia aman. Beribadah haji ke rumah itu, adalah kewajiban manusia terhadap Allah,

 ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻚَ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔَ ﻟَﻚَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻚَ

#tetapberkaryameskicorona #kurban #haji #idulAdha #marimenulis

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Agar Sukses Menuju Lillah, Maka Haji dan Kurbanlah!!!!!"